PUTRA
Putra Lematang, S.T.
Sungai Musi adalah sungai paling ikonik dan bersejarah di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera Selatan yang menjadi sumber kehidupan dan jalur transportasi utama, tetapi juga saksi bisu perkembangan peradaban besar seperti Kerajaan Sriwijaya. Dalam pembahasan ini, kita akan mengulas secara komprehensif sejarah, asal-usul, dan peranan Sungai Musi, serta bagaimana sungai ini membentuk identitas dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Menurut legenda dan catatan sejarah, nama "Musi" berasal dari sebutan "Mu Ci" yang diberikan oleh sekelompok bajak laut dari Cina yang singgah di Selat Bangka. Dalam bahasa Cina, "Mu Ci" berarti "Dewi Ayam Betina". Nama ini dipilih karena daerah sekitar sungai dikenal subur, kaya hasil alam, dan masyarakatnya ramah. Seiring waktu, sebutan "Mu Ci" berubah menjadi "Musi" yang kini dikenal luas.
Kerajaan Sriwijaya memanfaatkan Sungai Musi sebagai pusat kekuatan ekonomi dan politik. Melalui sungai ini, mereka menguasai jalur pelayaran strategis, termasuk Selat Melaka, yang merupakan rute perdagangan penting antara Asia Timur dan Barat. Selain perdagangan, Sungai Musi juga menjadi jalur penyebaran agama Buddha, terbukti dari catatan perjalanan biksu Tiongkok, I-tsing, yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 untuk mempelajari bahasa Sanskerta.
Jembatan Ampera sendiri kini menjadi ikon kota Palembang, simbol penting yang menghubungkan kedua sisi kota dan menjadi saksi perkembangan kota sepanjang sungai.
Hulu sungai yang berada di Pegunungan Bukit Barisan memiliki karakter yang berbeda dengan bagian hilirnya. Di hulu, sungai masih kecil dan dangkal dengan dasar batu kerikil, sedangkan di hilir, sungai melebar dan mengalir deras menuju muara di Selat Bangka.
Karena peran vitalnya, Palembang sering dijuluki "Venice of the East" atau "Venesia dari Timur", yang menggambarkan bagaimana sungai ini membentuk tata ruang dan kehidupan kota.
Sungai Musi adalah sungai yang kaya akan sejarah dan budaya, menjadi saksi bisu perjalanan peradaban di Sumatera Selatan. Dari asal-usulnya yang unik, peranannya sebagai jalur perdagangan masa Kerajaan Sriwijaya, hingga fungsi sosial dan ekonomi bagi masyarakat Palembang saat ini, Sungai Musi tetap menjadi denyut kehidupan yang tak tergantikan.
Asal Usul Sungai Musi
Sungai Musi memiliki panjang sekitar 720 hingga 750 kilometer, menjadikannya sungai terpanjang kedua di Pulau Sumatera setelah Sungai Batanghari. Hulu Sungai Musi berada di Bukit Kelam, sekitar 15 kilometer dari Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Dari titik awal yang berupa mata air di dasar tebing Bukit Kelam, air mengalir ke tenggara, bertambah besar setelah bertemu dengan puluhan anak sungai, dan akhirnya bermuara ke Selat Bangka di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.Menurut legenda dan catatan sejarah, nama "Musi" berasal dari sebutan "Mu Ci" yang diberikan oleh sekelompok bajak laut dari Cina yang singgah di Selat Bangka. Dalam bahasa Cina, "Mu Ci" berarti "Dewi Ayam Betina". Nama ini dipilih karena daerah sekitar sungai dikenal subur, kaya hasil alam, dan masyarakatnya ramah. Seiring waktu, sebutan "Mu Ci" berubah menjadi "Musi" yang kini dikenal luas.
Sejarah Sungai Musi dan Peranannya dalam Peradaban
Sungai Musi dan Kerajaan Sriwijaya
Sungai Musi memiliki sejarah panjang yang tak terpisahkan dari Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim besar yang berkuasa dari abad ke-7 hingga abad ke-11 Masehi. Sungai ini menjadi jalur utama transportasi dan perdagangan yang menghubungkan wilayah-wilayah di Nusantara dan bahkan ke luar negeri seperti Tiongkok dan Semenanjung Melayu.Kerajaan Sriwijaya memanfaatkan Sungai Musi sebagai pusat kekuatan ekonomi dan politik. Melalui sungai ini, mereka menguasai jalur pelayaran strategis, termasuk Selat Melaka, yang merupakan rute perdagangan penting antara Asia Timur dan Barat. Selain perdagangan, Sungai Musi juga menjadi jalur penyebaran agama Buddha, terbukti dari catatan perjalanan biksu Tiongkok, I-tsing, yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 untuk mempelajari bahasa Sanskerta.
Sungai Musi sebagai Jalur Perdagangan dan Transportasi
Sejak zaman dahulu, masyarakat di sepanjang Sungai Musi mengandalkan sungai ini sebagai sarana transportasi utama. Sebelum adanya transportasi darat dan udara modern, perahu dan kapal layar menjadi alat utama untuk mengangkut barang dan orang. Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, Seberang Ulu dan Seberang Ilir, yang dihubungkan oleh Jembatan Ampera dan beberapa jembatan lain.Jembatan Ampera sendiri kini menjadi ikon kota Palembang, simbol penting yang menghubungkan kedua sisi kota dan menjadi saksi perkembangan kota sepanjang sungai.
Geografi dan Karakteristik Sungai Musi
Sungai Musi mengalir melintasi 17 kota dan kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan serta sebagian wilayah Bengkulu. Lebar sungai bervariasi, dengan rata-rata sekitar 504 meter dan titik terlebar di sekitar Pulau Kemaro, Palembang, mencapai 1.350 meter.Hulu sungai yang berada di Pegunungan Bukit Barisan memiliki karakter yang berbeda dengan bagian hilirnya. Di hulu, sungai masih kecil dan dangkal dengan dasar batu kerikil, sedangkan di hilir, sungai melebar dan mengalir deras menuju muara di Selat Bangka.
Sungai Musi dalam Kehidupan Masyarakat Palembang
Bagi masyarakat Palembang, Sungai Musi bukan sekadar sungai biasa, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari dan identitas budaya. Banyak warga yang tinggal di sepanjang tepi sungai menggantungkan hidup pada aktivitas yang berhubungan dengan sungai, seperti berdagang, mengelola restoran, dan menyediakan paket wisata menggunakan perahu tradisional getek atau jukung.Karena peran vitalnya, Palembang sering dijuluki "Venice of the East" atau "Venesia dari Timur", yang menggambarkan bagaimana sungai ini membentuk tata ruang dan kehidupan kota.
Penemuan Sejarah dan Harta Karun di Sungai Musi
Di dasar Sungai Musi, ditemukan berbagai benda peninggalan sejarah yang mengisyaratkan kemegahan masa lalu, terutama pada masa Kerajaan Sriwijaya. Penemuan ini memperkuat posisi sungai sebagai pusat peradaban dan perdagangan yang penting di Asia Tenggara.Sungai Musi dan Pariwisata
Sungai Musi kini juga menjadi objek wisata yang menarik. Keindahan aliran sungai, keberadaan Jembatan Ampera, serta pulau-pulau kecil seperti Pulau Kemaro menjadi daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara.Sungai Musi adalah sungai yang kaya akan sejarah dan budaya, menjadi saksi bisu perjalanan peradaban di Sumatera Selatan. Dari asal-usulnya yang unik, peranannya sebagai jalur perdagangan masa Kerajaan Sriwijaya, hingga fungsi sosial dan ekonomi bagi masyarakat Palembang saat ini, Sungai Musi tetap menjadi denyut kehidupan yang tak tergantikan.