Reinvestasi Kinerja PDAM Menuju SDGs

PUTRA

Putra Lematang, S.T.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memegang peran sentral dalam upaya pencapaian agenda keenam Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu menyediakan air bersih dan sanitasi layak bagi seluruh masyarakat Indonesia. PDAM menjadi tulang punggung dalam penyediaan air minum melalui sistem perpipaan, sehingga transformasi dan reinvensi kinerja sangat diperlukan untuk memperluas dan meningkatkan layanan.

Tiga Pilar Strategi Reinvestasi PDAM​

Agar PDAM dapat berkontribusi optimal terhadap target SDGs, diperlukan strategi generik yang mempertimbangkan tiga aspek utama:
  • Keuntungan (Profitabilitas) : PDAM harus memiliki tingkat keuntungan yang memadai untuk mendukung ekspansi dan keberlanjutan layanan. PDAM yang memperoleh laba besar berpeluang memperluas cakupan layanan, sementara PDAM yang merugi akan kesulitan menjaga dan meningkatkan pelayanannya.
  • Produktivitas : Peningkatan produktivitas air sangat penting agar PDAM dapat melayani lebih banyak pelanggan. Produktivitas tinggi juga mendukung efisiensi produksi dan memperbesar peluang reinvestasi.
  • Efisiensi : Efisiensi operasional memperkuat keuangan perusahaan dan memungkinkan reinvestasi untuk peningkatan layanan. Efisiensi juga menjamin keterjangkauan biaya pelayanan bagi pelanggan1.

Model dan Kategori Kinerja PDAM​

Berdasarkan data evaluasi Kementerian PUPR terhadap 388 PDAM di Indonesia tahun 2019, kinerja PDAM dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga model utama:

1. Model Keuntungan
  • Laba besar : Fokus pada ekspansi layanan.
  • Laba kecil : Restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan.
  • Rugi kecil : Pembenahan internal untuk meningkatkan kualitas layanan.
  • Rugi besar : Peningkatan pelayanan dengan ekspansi terbatas.
2. Model Produktivitas
  • Produktivitas tinggi : Tingkatkan kapasitas dan realisasi produksi, serta investasi untuk kapasitas baru.
  • Produktif : Optimalkan kapasitas dan realisasi produksi, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya air bersih.
  • Kurang produktif : Penataan ulang sumber daya dan skala produksi, serta perbaikan sistem produksi.
  • Produktivitas rendah : Evaluasi dan restrukturisasi sistem produksi untuk mengatasi masalah mendasar.
3. Model Efisiensi
  • Efisiensi tinggi : Manfaatkan efisiensi untuk peningkatan kualitas layanan dan ekspansi.
  • Efisien : Optimalkan manajemen dan rencanakan pertumbuhan pelanggan.
  • Kurang efisien : Perbaiki proses perusahaan dan tinjau pengeluaran terbesar.
  • Tidak efisien : Pembenahan menyeluruh, baik teknis maupun non-teknis, untuk mengatasi sumber inefisiensi.

Strategi Generik Berdasarkan Kombinasi Kinerja​

Dengan mengombinasikan tiga model di atas, terdapat 32 kategori strategi generik yang dapat diterapkan sesuai kondisi PDAM. Contohnya, PDAM Kabupaten Ponorogo yang tergolong kurang produktif namun efisien dan profit, dapat menerapkan strategi berikut:
  • Meningkatkan pelayanan dan ekspansi cakupan secara terbatas.
  • Mengatur ulang komposisi aset dan SDM untuk efisiensi produksi.
  • Meninjau dan memperbaiki sistem produksi, baik teknis maupun non-teknis.
  • Memanfaatkan efisiensi untuk optimalisasi manajemen dan peningkatan kualitas layanan.

Tantangan dan Solusi​

Beberapa tantangan utama yang dihadapi PDAM di Indonesia meliputi:
  • Tingginya tingkat kehilangan air (kebocoran) yang mencapai sepertiga dari total produksi.
  • Biaya operasional yang tinggi, terutama di wilayah lahan gambut seperti Kalimantan.
  • Kesenjangan produktivitas dan efisiensi antar daerah.
Solusi yang dapat diterapkan antara lain investasi pada infrastruktur, edukasi masyarakat, optimalisasi manajemen, dan restrukturisasi sistem produksi1.


Dengan strategi yang tepat dan dukungan kebijakan yang kuat, PDAM dapat menjadi motor penggerak utama dalam mewujudkan akses air minum aman dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia, sekaligus berkontribusi signifikan pada pencapaian SDGs.
 
Back
Top